Fower Aceh Sayangkan Penghancuran Sisa Rumoh Geudong Pidie

BANDA ACEH – Direktur Eksekutif Flower Aceh, Riswati menyayangkan penghancuran sisa Rumoh Geudong di Pidie yang menjadi bukti atas kejahatan HAM di masa konflik.  Meski perdamaian antara RI dengan GAM sudah mencapai 18 tahun, kata Riswati, namun banyak korban konflik yang belum sepenuhnya mendapatkan pemulihan dan hak-haknya.  “Saat ini yang menjadi kebutuhan mendesak adalah percepatan upaya nyata untuk pemulihan dan pemenuhan hak-hak korban konflik secara komprehensif, baik fisik, psikis, psikososial dan kemandirian ekonomi,” kata Riswati, Sabtu, 24 Juni 2023.

Menurutnya, hal tersebut harus dilakukan agar perdamaian yang sudah tercapai ini dapat bermakna dan menguat.
“Harusnya upaya seperti itu yang menjadi fokus utama, bukan justru menghilangkan bukti,” kata Riswati.

Sementara itu, Pimpinan Dayah Darussalam, Aceh Barat, Umi Hanisah juga menyatakan rasa kecewanya terhadap penghancuran bukti sejarah tersebut.  “Rumoh Geudong Pidie tak boleh dibongkar, itu tempat sejarah, setiap tempat sejarah itu harus dirawat dengan baik agar anak cucu kita ke depan tau sejarah Aceh bagaimana, dan bagaimana perjuangan orang Aceh,” tuturnya.

Senada juga disampaikan oleh Sekretaris Pusat Studi Hukum dan HAM (PUSHAM) USK, Suraiya Kamaruzzaman. Ia sangat menyayangkan pembongkaran sisa Rumoh Geudong oleh pemerintah daerah Pidie.  “Sangat disayangkan ketika sisa-sisa Rumoh Geudong dihilangkan, karena Rumoh Geudong merupakan salah satu lokasi yang digunakan untuk penyiksaan sewenang-wenang terhadap masyarakat sipil yang diduga atau dituduh GAM, bahkan sampai tewas, penyiksaan dilakukan selama Operasi Militer di gelar di Aceh,” jelasnya.

Suraiya menambahkan dari testimoni korban yang disampaikan kepada Lembaga HAM atau perempuan dan juga KKR jelas disebutkan juga terjadi penyiksaan berat terhadap perempuan termasuk perkosaan dan bentuk kekerasan seksual lainnya. “Oleh karena itu, keberadaan Rumoh Geudong sangat penting untuk menjadi situs memorialisasi sebagai upaya untuk merawat ingatan agar kasus serupa tidak lagi terjadi di wilayah manapun termasuk di Indonesia, sebagai bagian dari merawat perdamaian dan bentuk pemulihan korban,” pungkas Suraiya.

Sumber : https://www.ajnn.net/news/flower-aceh-sayangkan-penghancuran-sisa-rumoh-geudong-pidie/index.html.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *